Kebun dibelakang rumah Farid Akhwan
Disini, sudah lama nian
Lima anak itu bermain petak umpet
Saling berkejaran suara mereka riuh
Tergalang dalam kegembiraan, dibawah rindang pepohonan
dan sendawa matahari menjelang petang.
Aku masih belum lupa perangai mereka
si Jangkung Erik, sigagah Sammy, segemuk Glenn, gadis lincah Joice dan sibungsu Andre kentengnya kayak Arjuna
Tapi dimana mereka sekarang ?
Tak lagi sekalipun nampak dikebun yang jembar itu
Tiba – tiba air mataku meleleh
Bukan bersedih : kebun itu seakan berselimut haru
Lima anak itu sudah bukan kanak-kanak lagi
Dan sudah tak sempat bermain – main seperti dulu
Air mataku kembali meleleh
Bukan bersedih : haru yang sulit dituliskan
mereka telah berangkat dewasa
dan kelimanya sudah membangun rumah tangga
Kebun itu masih seperti dulu saja
Pepohonan dan selembar rumput yang dipelihara
dan matahari yang mengisi kekosongan setiap hari
dan beberapa ekor burung lepas mampir dan langit,
yang kadang mengingatkan masa silam
Kepadaku, penyair tak bicara apa – apa
seperti angin , melintas antara dedaunan juga tak berpesan,
tentang masa depan
Dan kebun yang jembar itu
setelah ditinggalkan kelima anak itu
nyaris ditelikung rindu dalam siang dan malam
Ada sisa air meleleh dimataku
sempat terbawa mimpi
Terbelah antara kangen dan sepi
Pekajangan Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar